Berapa banyak orang yang berhaji tapi hajinya tidak diterima.
Ada pula orang yang tidak jadi berhaji tapi ia dinyatakan sebagai haji mabrur.
Inilah kisah yang dapat menjadi renungan bagi umat islam. Memahami esensi haji mabrur dari kisah-kisah yang hadir di sekelilng kita, namun sering kali kita luput menyadari hal itu. Semoga kisah ini menjadi bahan tafakkur bagi siapapun yang hendak pergi berhaji.
Konon Cak Nun, panggilan akrab budayawan Emha Ainun Najib, ayahanda vokalis band Letto berkali-kali urung pergi haji. Bukan karena dicekal, atau termasuk waiting-list. Cak Nun tak jadi pergi meskipun uang sudah siap karena sering terbentur kepada pemandangan kemiskinan disekitarnya. Maka Cak Nun selalu menunda hajinya dan memberikan uangnya untuk mereka yang memerlukan: orang miskin yang sakit, atau orang miskin yang tak bisa sekolah.
Kisah Cak Nun tersebut mengingatkan kita kepada Abdullah bin Al-Mubarak yang berkata, “Pada suatu masa ketika selesai pergi haji, aku tertidur di Masjidil Haram. Tiba-tiba aku bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit, lalu yang satu bertanya:
‘Berapa banyak orang berhaji tahun ini?’
‘Enam ratus ribu orang.’
‘Berapa banyak yang diterima?’
‘Tidak seorang pun yang diterima, kecuali seorang tukang sepatu di Damsyiq yang bernama Muwaffaq. Dia tidak jadi berhaji, tetapi hajinya diterima, sehingga semua yang berhaji tahun ini diterima berkat diterimanya Haji Muwaffaq itu.’
ketika mendengar percakapan itu, aku pun terbangun dari tidur dan berangkat menuju Damsyiq untuk mencari Muwaffaq. Ketika tiba di rumahnya dan kuketuk pintunya, keluarlah seorang laki-laki. Langsung aku bertanya, ‘Benarkah kau Muwaffaq?’ ‘Ya,’ katanya.
Lalu aku bertanya , ‘Kebaikan apakah yang telah kau lakukan sehingga mendapat derajat yang demikian tinggi?’
Muwaffaq menjawab, ‘sudah lama sekali aku bermaksud melaksanakan ibadah haji, tetapi tidak bisa karena keadaan ekonomiku tidak memungkinkan. Mendadak aku mendapat uang tiga ratus dirham dari pekerjaan membuat dan menambal sepatu. Lalu aku pun berniat ingin menunaikan ibadah haji tahun ini.’
Sejenak ia mengambil napas, dan kemudian melanjutkan pembicaraannya lagi, ‘Suatu hari istriku yang tengah hamil mencium bau makanan dari tetangga sebelah, dan dia menginginkan makanan itu. Maka aku pun pergi ke rumah tetanggaku. Setelah kuketuk pintu, keluarlah seorang wanita, lalu kusampaikan maksudku.’ Maka jawabnya: ‘Saya terpaksa membuka rahasia. Sebenarnya anak-anak yatimku sudah tidak makan selama tiga hari, sehingga akupun keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba aku mendapati bangkai keledai, lalu saya potong sebagian dagingnya dan saya masak. Maka makanan ini halal bagi kami dan haram bagimu,’ kata wanita tersebut.
Mendengar jawaban itu, aku kembali ke rumah mengambil semua uangku sebesar tiga ratus dirham itu dan aku serahkan pada tetanggaku tersebut. Aku katakan kepada ibu anak-anak yatim itu, ‘Belanjakanlah uang ini untuk anak-anakmu yang yatim itu!’ Dan aku berkata pada diriku sendiri: ‘Hajiku dipintu rumahku, maka kemanakah aku akan pergi?”’
Subhanallah, sungguh Allah Mahakaya dan tak pernah kekurangan pahala untuk dibagikan pada hamba-hamba-Nya. Jika pun kita tak mampu pergi haji, karena miskin atau sakit, atau dihalangi oleh penguasa yang zalim, tetaplah menumbuhkan semangat dalam hati untuk memohon diberikan kesempatan untuk berhaji.
Apabila kita tak juga dapat pergi haji, lihatlah pahala yang setara dengan pahala haji:
- Mengerjakan puasa pada hari Arafah di Tanah Air akan berbuah pahala seperti pahala ibadah haji.
- Barang siapa di waktu pagi berniat membela orang yang teraniaya dan memenuhi kebutuhan seorang muslim, baginya ganjaran seperti ganjaran haji yang mabrur.
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita telah dikasihi oleh Al-Rahman dan kita bergerak naik untuk menjadi hamba yang disayangi Al-Rahim. Allah, tak pernah membiarkan hamba-hamba-Nya diam sedih dan tak berjawab, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran, Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakan Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila mereka memohon kepadaku (QS Al-Baqarah [2]: 186).
Allah Swt, juga yang memberikan jaminan: Barang siapa memohon kepada-Ku, maka akan aku ijabah. Allah melihat, Allah mendengar, segala sikap dan ucapan kita. Tiada yang luput, satu pun jua. Allah takkan lupa selama-lamanya, Allah takkan lupa sampai akhir masa.
0 komentar:
Posting Komentar